Cinta selalu sulit dinalar, ia tak berwujud tapi nyata,
seperti angin yang tidak bisa dilihat tapi hembusan dan semilirnya begitu
terasa.
Sungguh, berbicara cinta, sulit diungkap dengan kata-kata,
ia mati tapi bernyawa, pingsan tapi sadar. Tidak sedikit wali-wali Tuhan yang
Jadzzab, seperti gila tapi ia sadar akan Tuhan, sebaliknya banyak orang yang
bilang cinta Tuhan tapi tak pernah tahu rasa betapa mencintai-Nya adalah sebuah
kemesraan.
Seperti hikayat Qais dan Laila, betapa cinta Qais menjadi
opus cinta kepada sang kekasih Laila, hingga tak ada ucapan yang pantas
untuknya kecuali kegilaan cinta.
Suatu hari Qais melihat Laila, ia pun bergegas membuntuti
Laila untuk mengetahui tempat kekasihnya, maka dia melewati sekelompok orang
yang sedang melaksanakan sholat, ketika Qais kembali dari membuntuti Laila,
dan melewati sekelompok orang tadi, ia
ditanya oleh seseorang; "kau tadi melewati jalan kami, sedangkan kami lagi
sholat, mengapa kau tidak sholat bersama kami?". Qais menjawab: "
demi Allah aku tidak melihat kalian, dan demi Allah jika kalian cinta kepada
Allah sebagaimana cintaku kepada Laila, maka kalian tidak akan melihatku ketika
menghadap Allah, namun nyatanya kalian masih melihatku, sedangkan aku menghadap
Laila, dan aku tidak melihat kalian..... Ulangilah shalat kalian semoga kalian
dirahmati oleh Allah swt"
Sungguh, sebuah nalar cinta, ketika cinta membuat lupa
segala rupa di luar dirinya, sebagaimana juga Sayyidina Ali ketika tombak
menikamnya, dicabut tak terasa ketika sholat.
Betapa mengaku cinta pada-Nya, terkadang sulit menilainya,
karena melupakan-Nya lebih sering dari mengingat-Nya. Ya Allah, jagalah hati
tuk selalu terpaut padaMu.
***
*Penulis: Halimi Zuhdy @halimizuhdi3011
© Infokom PD OPI Aceh
0 komentar:
Posting Komentar
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء