Indahnya pelangi,
bukan karena menebar wangi, tapi warna-warni yang mengitari
Warna hijau hanyalah
pilihan, maka janganlah terlalu fanatik pada hijau, bunga yang indah, warnanya pun
jarang yang hijau. Indahnya bunga, merah yang merekah.
Jangan pula terlalu
mati-matian membela merah, ia pun rasa hati, manusia takut melihat warna peduh
darah yang memerah, perang jadi pilihan. Butuh warna kuning, tuk membau masa
tua.
Tapi, janganlah
terlalu pongah pada kuning, kebanyakan yang keluar dan membau keluar dari diri
manusia dan hewan adalah warna itu, nikmatilah kuning sebagaimana ia menikmati
menjadi dedaunan yang akan menua.
Jangan pula kau
terlalu bangga, walau biru selalu di atas langit, biru pun kadang menghempaskan
perahu di lautan menjadi karam. Biru itu pilihan warna, ia tak indah kalau tak
pernah ada awan putih yang mengitarinya.
Putih pun, janganlah
kau sombong dan sok suci, putih itu tak pernah indah, jika mata hanya dipenuhi
warna itu, seperti kematian yang menjemput, pada nafas terakhir pun warna itu
yang membungkusnya. Benar, kau harus suci putih bersih, tapi ingat, kau tak
pernah putih, jika hitam tak pernah ada, dan kau dapat melihat dunia, karena
dalam matamu hitam yang membayang.
Kau pun jangan
terlalu bangga dengan hitam, walau setiap bulu dan rambutmu menghitam, tapi
hitam itu selalu dianggap jelek, karena gelap, walau dalam gelap itulah kadang
keindahan untuk bersembunyi dari musuh yang menyerang.
Hidup hanyalah pilihan
warna, dan warna itu pun adalah dasar dari pemberian Tuhan, lihatlah kulit yang
tak sama, ada; hitam, kuning, coklat, sawu matang, dan lainnya.
Selalu nikmatilah
perbedaan, walau kadang kita tidak suka tuk berbeda, apakah kau mau hidup
sendirian di dunia?.
Berbeda butuh hati
yang lapang, karena nafsu lebih suka tuk menyatukan rasa, lupa berbagai rasa
itu nikmat yang tak terhingga.
Berbeda mazhab,
partai, haluan. Berbeda negara, kampung, pendidikan, jenis dan lainnya adalah
keindahan.
Indah itu tidak harus
sama, cantik itu juga tidak harus menyatu, perahu bisa bergerak karena ada yang
menjadi nakhoda, gelombang, angin, dan ada pula yang jadi dayungnya.
Kalau Allah Menghendaki, niscaya kamu Dijadikan- Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak Menguji kamu terhadap karunia yang telah Diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”
(Al-Ma’idah 48)
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).”
(Al-Hujurat 11)
Bersatulah walau
kadang berbeda, satu bukan sama. seperti, menyatunya lidi yang berbeda.
Dan janganlah takut
berbeda, kelahiran manusiapun sudah tak pernah sama
***
*Penulis: Dr.H. Halimi, M.Pd., M.A.
@halimizuhdy3011
Dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Ketua Redaksi Jurnal LiNGUA Humaniora UIN Malang,
Khadim Pondok Pesantren Darun Nun Malang
© Infokom PD OPI Aceh
0 komentar:
Posting Komentar
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء