Kabid Infokom

Sabtu, 10 Februari 2018

Keberkahan Ludah Gadis Kecil



Suatu siang, Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli singgah di sebuah desa. Ketika itu waktu dhuhur hampir habis, namun beliau tak menjumpai seorang pun yang dapat ia tanyai untuk mendapatkan air wudhu.

Akhirnya, setelah lama mencari kesana-kemari, Syaikh Sulaiman al-Jazuli mendapati sebuah sumur. Ia bergegas untuk mengambil air wudhu, akan tetapi beliau tak mendapati sesuatu pun yang dapat digunakan untuk mengambil air dari sumur tersebut. Tak ada timba yang tersedia disana. Sehingga ia pun berputar-putar di sekeliling tempat itu untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menimba air.

Dalam keadaan bingung seperti itu, tiba-tiba dari tempat yang lebih tinggi seorang gadis kecil (Usianya kira-kira tujuh tahun) yang sedang memperhatikan beliau, berkata:

“Ya Syaikh, siapa anda? Dari tadi anda tampak kebingungan, berputar-putar di sekitar sumur ini?”, tanya anak kecil itu.

“Aku Muhammad bin Sulaiman. Aku mencari timba untuk mengambil air. Waktu dhuhur sudah sempit, sementara aku harus segera mengambil air wudhu guna melaksanakan shalat,” jelas Syaikh Sulaiman al-Jazuli.

“Engkaulah pria yang dipuji-puji dan disebut sebagai orang sholeh akan tetapi bingung bagaimana mengeluarkan air wudhu dari dalam sumur ini?”, tanyanya.

“Baiklah, tunggulah sebentar,” ujarnya kemudian.

Gadis kecil itu bergegas mendekat ke bibir sumur, lalu meniupnya sekali. (Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa gadis kecil itu meludahinya). Maka seketika itu air dari dalam sumur itu mengalir deras dan naik ke atas hingga menyerupai sungai sungai. Syaikh Sulaiman pun takjub, namun ia tak memiliki banyak waktu. Ia harus segera berwudhu untuk kemudian menunaikan shalat dhuhur yang waktunya sudah hampir habis. Padahal ia ingin tahu lebih banyak tentang anak itu, yang segera pulang ke rumah setelah melakukan hal yang membuat Syaikh Sulaiman terkagum-kagum.

Begitu selesai menunaikan shalat dhuhur, Syaikh Sulaiman bergegas mendatangi rumah gadis kecil itu.“Siapa itu?”, anak perempuan itu bertanya dari dalam rumah begitu terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu.

Maka Syekh berterus terang, “Wahai anak perempuan, demi Allah dan Kemahaagungan-Nya yang menciptakan kamu, saya mau tanya tentang suatu hal.”

“Aku angkat tangan padamu. Demi kemahaagungan Allah, aku mohon kamu bersedia menceritakan kepadaku dengan amal apakah engkau memperoleh kedudukan yang demikian tinggi?”, tanya Syaikh Sulaiman.

Gadis kecil itu terdiam, lalu menjawab:“Kalaulah tidak karena nama Allah yang engkau bersumpah dengan asma-Nya itu wahai Syaikh, tentulah aku tidak akan menceritakannya.

”Syaikh Sulaiman menatapnya penuh perhatian.

“Dengan memperbanyak membaca shalawat untuk orang yang apabila ia berjalan di padang belantara, binatang buas akan mengibas-ibaskan ekornya. (Memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah Muhammad ),” katanya polos.

Setelah peristiwa itu Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli r.a menyusun sebuah kitab shalawat (Dalailul Khairat) di kota Fas, sebelum beliau pulang kembali ke desanya di tepi daerah Jazulah. Kitab ini di revisi kembali oleh beliau setelah beliau berkhalwat untuk beribadah selama 14 tahun, yaitu pada hari Jum’at, 6 Rabi’ul Awal 862 H, delapan tahun sebelum hari wafatnya, 16 Rabi’ul Awal 870 H.

Dikutip dari Buku Rahasia Shalawat Rasulullah SAW (M. Syukron Maksum & Ahmad Fathoni el-Kaysi) dan Buku Manusia Langit (Habib Novel bin Muhammad Al'Aydrus). Diedit kembali oleh Rozal Nawafil.


 Allahumma shalli wa salim wa barik 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in

© Infokom PD OPI Aceh

0 komentar:

Posting Komentar

جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Postingan Populer