Kabid Infokom

Jumat, 23 Maret 2018

WAHAI PEMUDA ISLAM BANGUNLAH!*



Indonesia. Sebuah bangsa dengan penduduk nomor empat terbesar di dunia. Negara yang telah lebih 70 tahun merdeka. Negara dengan muslim terbanyak di dunia. Negara yang kaya raya melimpah SDA dan SDM nya. Indonesia yang besar itu, kini seakan sedang berada dalam ujung tombak. Dengan utang negara yang membludak, korupsi dan kejahatan yang merajalela serta banyak lagi masalah yang menggerogoti negara tercinta. Padahal usia reformasi negeri sudah hampir berumur 20 tahun. Padahal juga sudah hampir lima tahun, Revolusi Mental digaungkan. Tetapi mengapa tidak nampak perubahannya? Siapakah yang patut disalahkan? Apakah petinggi-petinggi bangsa sudah optimal kinerjanya? Apakah pemuda belum mengoptimalkan perannya? Karena faktanya, negeri ini justru semakin pelik dengan berbagai persoalan yang membelit rakyatnya.

Pemuda hari ini tengah berhadapan dengan banyak tantangan. Setelah reformasi 1998 yakni diberlakukannya SKS dalam dunia perkuliahan nyatanya ampuh membuat pemuda mencukupkan sibuk melawan tugas, paper, presentasi, makalah, maupun praktikum. Banyak yang tidak terpikirkan lagi jati dirinya sebagai agent of change bagi lingkungan sekitarnya dan terkonidisikan cuek, apatis, pragmatis bahkan individualis. Siapakah yang patut disalahkan? Apalagi ada kabar dari beberapa petinggi kampus bahwa pemerintah sedang menggodok pemberlakuan batas kuliah di PTN maksimal 5 tahun saja. Lagi dan lagi pemuda seakan dipaksa menjadi pragmatis demi gelar-gelar pendidikan semata.

Individualisme sudah banyak membuat pemuda tidak sempat memikirkan secara seksama solusi tuntas persoalan bangsa. Sistem kehidupan di Indonesia sekarang yang menerapkan Kapitalisme dengan asas Sekularisme (pemisahan agama dengan kehidupan) dan Liberalisasi (prinsip kebebasan) yang berasal dari Westernisasi pun telah menjangkiti jiwa-jiwa pemudanya. Seperti halnya mindset kesuksesan dan kebahagiaan hidup hanya dapat diukur dengan materi.

Maka implikasi setelah itu adalah bagaimana cara mendapatkan nilai tinggi untuk mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar dengan berbagai cara agar dapat hidup kaya raya. Bahayanya, sistem ini jelas menghilangkan jati diri dan potensi pemuda.Tidak hanya itu sistem ini pun nyatanya berhasil memandulkan dan menjebak potensi pemuda dengan tujuan duniawi semata.

 Agen Perubah


Begitu pula dengan yang terjadi pada negeri ini, aturan liberalisasi melahirkan berbagai UU swastanisasi dan privatisasi SDA maupun pelayanan publik yang tidak memihak pada rakyat tapi jusru berpihak pada pemilik modal (Kapital). Negara abai terhadap berbagai tanggungjawab utamanya. Hal tersebut menjadi wajar diberlakukan sebab sistem ini meyakini negara hanya sebatas sebagai regulator/fasilitator bukan pengurus keseluruhan. Ini yang tidak boleh dan mesti diubah.

Harus disadari oleh pemuda, bahwa Indonesia adalah bagian dari bumi yang diciptakan oleh Allah. Maka Dia berhak mengatur kehidupan ini dengan sebuah pedoman yakni dengan syariah Islam bersumber dari wahyu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah perintahkan manusia untuk wajib masuk ke dalam Islam secara keseluruhan, tidak setengah-setengah, dan tidak pilih-pilih. Allah perintahkan juga agar penguasa bertanggungjawab secara keseluruhan terhadap kepengurusan rakyatnya, tidak hanya sebagai regulator.

Maka sudah sewajarnya jika negeri ini pun diatur dengan syariahNya dan menjadikan asas aqidah Islam mindset pemuda dalam merubah sebuah kondisi/lingkungan. Sebab syariah Islam hadir untuk semua agama, ras, suku, dan bangsa seperti peradaban yang pernah dicontohkan oleh suri tauladan Rasulullah SAW saat pertama kali mendirikan negara Madinah. Hukum menegakkannya adalah wajib. Pemuda harus saling merangkul mewujudkan cita-cita mulia ini sebagai solusi tuntas atas berbagai persoalan yang menimpa.

Tapi hari ini, sayangnya pemuda yang kritis mengoreksi kebijakan pemerintah rupanya selalu dihalang-halangi. Komunitas kepemudaan, organisasi, ormas yang selalu menyerukan solusi Islam dari Sang Pencipta kehidupan dihambat. Seperti yang baru saja terjadi dengan disahkannya Perppu Ormas menjadi UU adalah disebabkan keengganan penguasa menerima solusi mulia ini. Padahal terang-terangan sejarah menjabarkan betapa sejahteranya sebuah peradaban dimana Islam diterapkan didalamnya. Hal ini semakin menggambarkan bahwa kepentingan pemilik modal tidak boleh diusik.

Kita tidak hanya membutuhkan pemimpin yang amanah tetapi kita juga membutuhkan sistem yang amanah. Disinilah peran strategis bagi pemuda yakni mengubah kondisi dari asas yang keliru (sekulerisme) kepada asas yang shahih yakni yang berasal dari wahyu ilahi dengan mengembalikan peradaban yang dirahmati Allah itu sekali lagi. Yang demikianlah perubahan hakiki.

Maka berbagai potensi, semangat, tenaga, waktu  yang dititipkan Allah hanya kepada pemuda mestilah dikembalikan pada pemiliknya. Mengkaji  Islam keseluruhan dan menyampaikannya ke khalayak adalah jawaban agar masyarakat mau dan dengan sendirinya meminta kehidupan yang rahmat yakni dengan sistem Islam tentunya.

Pemuda Dalam Islam


Berbicara pemuda, kita berbicara pemimpin masa depan suatu bangsa. Jika konteksnya pemuda Indonesia, maka kita sedang membicarakan kepemimpinan masa depan bangsa Indonesia. Itulah yang dikatakan al-Imam asy-syahid Hasan al-Bana: “Syabab al yaum rijalul ghad Pemuda hari ini, adalah pemimpin masa depan.

Hasan al-Bana menggambarkan sosok pemuda, “Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang dijalan-Nya, semakin bersemangat merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya.

Dan keempat rukun ini, yakni iman, ikhlash, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda! Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda”

Peran pemuda yang strategis dan penting ini sampai di gambarkan oleh sahabat Rasulullah SAW yaitu Umar bin Khattab RA, dalam keterangan Hadist dijelaskan bahwa Umar pernah mengatakan: “Jika aku sedang mengalami kesulitan, maka yang aku cari adalah pemuda.”

Karena melalui pemuda lah bangsa ini mampu lahir, bangkit, berdiri dan berjalan menjadi bangsa yang berdaulat dengan berbagai dinamikanya. Sejarah pun telah menorehkan tintanya, bahwa dalam setiap momen penting bangsa ini, senantiasa melibatkan pemuda sebagai lokomotif penggeraknya, aktor intelekualnya dan rahasia kekuatanya. Dalam setiap kebangkitan pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap pemikiran, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.

Dengan ini pula, Rhoma Irama pernah berkata, bahwa “masa muda adalah masa yang ber-api-api”. Karena memang semangat dan idealisme seorang pemuda telah membakar motivasi dirinya untuk senantiasa berkontribusi untuk agama, bangsa dan negara ini lebih baik lagi. Belum lagi ketika kita mengingat perkataan Tan malaka tentang pemuda. Beliau mengatakan bahwa “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda”.

Mengelola masa muda agar berkarakter kuat dalam keagamaan, merupakan suatu perjuangan yang tidak mudah dan sederhana. Sebab pertentangan yang paling berat dan sulit serta menantang dalam fase kehidupan kita adalah menundukkan masa muda untuk tumbuh dalam beribadah kepada Allah (syaabun nasya-a fi ‘ibadatillah).

Itulah sebabnya Rasulullah menyebutkan di antara tujuh golongan yang memperolah naungan pada saat tiada naungan kecuali naungan dari-Nya pada hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.

Ada ungkapan dalam sastra Arab yang melukiskan sebuah penyesalan di masa beruban. “Aduhai alangkah indahnya jika masa muda kembali lagi hari ini, akau akan menceritkan kepahitan pada masa beruban.”

Mencermati dinamika kehidupan yang fluktuatif dan terus berubah, para pemuda Muslim dituntut memiliki modal kuat khususnya dari ajaran Islam, agar kelak di masa tua tak menyesal.

Setidaknya ada beberapa kemampuan yang perlu dimiliki para pemuda Muslim hari ini; mencakup daya pikir (ijtihad), daya kalbu (mujahadah), dan daya raga (jihad) dalam arti yang seluas-luasnya.Termasuk jihad peradaban (kehidupan) di mana memilih hidup dalam kemuliaan Islam dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah.

 Perhatian Islam Kepada Pemuda


Agama kita Islam yang mulia ini mempunyai perhatian yang sangat besar mengenai pertumbuhan dan perkembangan para pemuda, karena merekalah yang akan menjadi tokoh di masa yang akan datang, yang akan menggantikan dan mewarisi tugas-tugas mulia kepada ummat ini.

Berikut beberapa tuntunan Islam yang berkaitan dengan pemuda;

  • Pertama, Islam menuntunkan setiap lelaki untuk memilih istri yang sholihah yang akan lahir darinya anak-anak yang sholeh yang selanjutnya tumbuh menjadi para pemuda yang berakhlak islami.
  • Kedua, memberikan nama yang baik kepada anak, karena nama yang baik itu juga memiliki makna dan pengaruh yang baik pada akhlak sang anak, karena dia merupakan lambang dari doa atau harapan orang tua kepada Allah tentang anaknya.
  • Ketiga, melaksanakan nasikah/aqiqah untuk anak, karena hukumnya adalah sunnah mu`akkadah dan memiliki pengaruh yang baik kepada anak.
 Ketiga perkara di atas adalah tuntunan Islam kepada para pemuda di awal pertumbuhannya.
  • Keempat, menaruh perhatian yang besar dalam mendidik anak ketika dia sudah memasuki usia mumayyiz dan sudah mempunyai daya tangkap (paham). Mengajarkan kepada anak-anak dan para pemuda semua perkara keagamaan dari yang paling besar sampai pada perkara yang paling kecil.
  • Kelima, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan setiap anak ketika kedua orang tuanya atau salah satunya sudah berusia lanjut agar dia berbuat baik kepada keduanya atau kepada yang masih hidup di antara keduanya, dan agar sang anak mengingat pendidikan kedua orang tuanya kepadanya ketika dia masih kecil. Inilah yang merupakan kebaikan besar yang akan terus-menerus dikenang oleh sang anak ketika dia merasakan kebaikan dari kedua orang tuanya. Sehingga dia bisa berkata sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Al-Qur’an Menceritakan Pemuda


Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda, dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang pemuda. diantaranya surah al-Kahfi ayat 13 Allah Swt sangat mengistimewakan pemuda dengan bab khusus, yang artinya yaitu:

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”

Buya HAMKA (1984, hal. 171) dalam Tafsir Al-Azhar maksud ayat Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan. Mereka disini dijelaskan penghuni gua dalam kisah ashabul kahfi adalah anak-anak muda, tidak ada bercampur dengan orang tua.

Firman Allah Swt di atas juga mengisyaratkan bahwa pemuda al kahfi adalah termasuk para pemuda pemberani untuk mempertahankan keimanan mereka, pemikiran mereka dan kepribadian mereka. Mereka adalah orang-orang yang teguh imannya, sehingga mereka berani melanggar aturan pemerintah yang melarang mereka meyakini agama tauhid. Jadi keberanian menjadi modal penting bagi seorang pemuda.


Ayat-Ayat Al-Qur’an yang menceritakan pemuda:

Q.S Al Kahfi : 18 : Kisah ashaabul kahfi
Yaitu Kelompok pemuda yang beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan mayoritas kaumnya yang menyimpang dari agama Allah SWT, Allah SWT menyelamatkan para pemuda tersebut dan menidurkan mereka selama 309 tahun hingga berakhirnya rezim kafir menjadi rezim beriman.

Q.S : Al Buruj  : Kisah pemuda ashaabul ukhdud
Menceritakan kisah pemuda yang tegar dalam keimanannya kepada Allah SWT sehingga menyebabkan banyak masyarakatnya yang beriman dan membuat murka penguasa sehingga ratusan orang dibinasakan dengan diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak.

Mayoritas dari assabiquunal awwaluun (orang-orang yang pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW) adalah para pemuda (Abubakar ra masuk Islam pada usia 32 tahun, Umar ra 35 th, Ali ra 9 th, Utsman ra 30 th, dst). 

Sifat-sifat para pemuda yang mendapatkan derajat tinggi sehingga kisahnya diabadikan dalam al-Qur’an dan dibaca oleh jutaan manusia dari masa ke masa, adalah sebagai berikut:

  • Mereka selalu menyeru pada al-haq (QS 7/181)
  • Mereka mencintai Allah SWT, maka Allah SWT mencintai mereka (QS 5/54)
  • Mereka saling melindungi, menegakkan shalat (QS 9/71) tidak sebagaimana para pemuda yang menjadi musuh Allah SWT (QS 9/67)
  • Mereka adalah para pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT (QS 13/20)
  • Mereka tidak ragu berkorban diri dan harta mereka untuk kepentingan Islam (QS 49/15)

Maka kalau hal ini diperbandingkan kepada perjuangan Nabi SAW, di Makkah itu kelihatan suatu pengalaman yang patut jadi pedoman. Yaitu yang telah dibawa Rasulullah Saw pun anak-anak muda, sedang orang tua telah tegak menjadi penghalang dan perintang, karena mereka telah tenggelam dengan kebatilan selama ini. kalau kita perhatikan seksama tafsir buya hamka di atas, kita akan menyaksikan bahwa anak muda menjadi prioritas utama Rasulullah Saw dalam berdakwah dan menyebarkan Islam.

Islam memandang posisi pemuda di masyarakat bukan menjadi kelompok pengekor yang sekedar berfoya-foya, membuang-buang waktu dengan aktifitas-aktivitas yang bersifat hura-hura dan tidak ada manfaatnya. Melainkan Islam menaruh harapan yang besar kepada para pemuda untuk menjadi pelopor dan motor penggerak dakwah Islam. Pemuda adalah kelompok masyarakat yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, diantaranya adalah bahwa mereka relatif masih bersih dari pencemaran (baik aqidah maupun pemikiran), mereka memiliki semangat yang kuat dan kemampuan mobilitas yang tinggi.

 Pemuda Islam Zaman Salafushshalih


  • Usamah bin Zaid 18 tahun. Memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu.
  • Sa’ad bin Abi Waqqash 17 tahun. Yang pertama kali melontarkan anak panah di jalan Allah. Termasuk dari enam orang ahlussyura.
  • Al Arqam bin Abil Arqam 16 tahun. Menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul SAW selama 13 tahun berturut-turut.
  • Zubair bin Awwam 15 tahun. Yang pertama kali menghunuskan pedang di jalan Allah. Diakui oleh Rasul SAW sebagai hawari-nya.
  • Zaid bin Tsabit 13 tahun. Penulis wahyu. Dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani sehingga menjadi penterjemah Rasul SAW. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an.
  • Atab bin Usaid. Diangkat oleh Rasul SAW sebagai gubernur Makkah pada umur 18 tahun.
  • Mu’adz bin Amr bin Jamuh 13 tahun dan Muawwidz bin Afra 14 tahun. Membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, pada perang Badar.
  • Thalhah bin Ubaidillah 16 tahun. Salah satu orang Arab yang paling mulia. Berbaiat untuk mati demi Rasul SAW pada perang Uhud dan menjadikan dirinya sebagai tameng bagi Nabi.
  • Muhammad Al Fatih 22 tahun. Menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa.
  • Abdurrahman An-Nashir 21 tahun. Pada masanya Andalusia mencapai puncak keemasannya. Dia mampu menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya.
  • Muhammad Al Qasim 17 tahun. Menaklukkan India sebagai seorang jenderal agung pada masanya.

Subhanallah, nukilan kisah di atas bukanlah dongeng atau cerita fiktif. Mereka adalah manusia biasa yang nyata seperti kita, yang telah mengukir prestasi gemilang di masa mudanya. Merekalah adalah pemuda Islam yang mampu mengharumkan agama Allah dalam keremajaannya.
Sungguh karya yang luar biasa! Lalu, jika mereka pada usia seperti itu saja telah berhasil mempersembahkan karya yang luar biasa, bahkan ada yang mempersembahkan nyawanya untuk membela Islam sehingga memperoleh syahid di jalan- Nya,, maka apa yang telah kita persembahkan?

Memang menjadi salah satu tugas kita juga untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa pemuda muslim yang diharapkan agama, bangsa dan negara adalah pemuda yang benar-benar taat pada Allah, yang Islamnya kaaffah (menyeluruh), tidak setengah-setengah. Karena bisa jadi, pandangan masyarakat (yang diawal telah disebutkan) terhadap para pemuda disebabkan tak munculnya sosok yang menjadi bukti bahwa pemuda muslim yang kaaffah-lah yang sebenarnya umat butuhkan.

Setiap tahun, masyarakat kita memperingati hari Sumpah Pemuda di negara ini. Sayang, peringatan itu hanya sebatas kegiatan seremonial semata, tetapi miskin subtansi. Dengan adanya karakteristik sosok pemuda ideal yang dicontohkan dalam al-Quran dan al-Hadits diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda Indonesia dahulu, masa kini dan masa depan. Sadarilah, bahwa Islam menunggu peran para pemuda. Islam menunggu kita, kawan!

Potret Pemuda Islam Terkini


Di zaman sekarang, pola hidup pemuda muslim sudah sangat memperihatinkan. Berapa banyak pemuda muslim yang mengunjungi masjid guna menunaikan sholat fardhu dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya? Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji dan menghafalkan kitabullah? Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji ilmu agama? Mereka lebih senang menghabiskan waktu luang mereka dengan bermain game dan pacaran.

Kalau kita tanya tentang agama banyak remaja yang mengaku Islam, tapi tidak tahu mengenai, Sirah Nabinya, Sahabatnya, padahal  saat sekolah sudah di ajarkan dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Bahkan banyak remaja sekarang tiap pergatian tahun baru selalu mereka merayakan, bersukaria, meniup trompet, malah ada yang berkumpul-kumpul lomba balapan liar yang mengganggu ketentraman masyarakat. Tahun baru yang nyata-nyata merayakan itu bukanlah tahun Islam baik dari historis maupun dari pandangan umum, tapi coba lihat waktu tanggal 1 Muharram tahun Hijriyah apakah ada yang peduli terhadap tahun yang memiliki sejarah bagi orang yang beriman yang sangat berarti sekaligus sebuah sejarah perjuangan Nabi yang bukan hanya untuk diperingati namun juga sebagai sebuah ibrah yang harus kita amalkan pada setiap individu masing-masing maupun seluruhnya.

Coba tanya pada pemuda-pemuda yang mengaku Islam yang mondar mandir di jalanan, coba suruh menyebutkan 12 bulan dalam tahun Masehi, lalu coba suruh menyebutkan 12 bulan pula pada tahun Hijriyah! Allahu Akbar, bagaimana tidak? Tahun Masehi (Nasrani) mereka hafal, namun tahun Hijriyah tahun agamanya sendiri tidak tahu. Jika bulan Hijriyah saja tidak hafal, lalu bagaimana sejarahnya?

Bagaimana pendapat anda mengenai ini? Lalu apakah pemuda kita masih ada yang tidak tahu bulannya sendiri? Budaya di luar Islam banyak merebak hingga mereka buta terhadap agamanya sendiri.

Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji-panjinya.” -Hasan Al-Banna-

Ada yang ingat saat kemarin tanggal 20 Mei diperingati sebagai hari apa? pastilah pembaca semua sudah mengetahui 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Wah Kebangkitan Nasional yaa tapi kamu masih belum bisa bangkit tuh dari tempat tidur alias mager.

Teringat disaat awal-awal masa perkuliahan sepertinya kita sudah sering dijelaskan tentang peran mahasiswa. Dalam materi tersebut, biasanya kita diingatkan bahwa idealnya seorang pemuda berperan sebagai agen perubahan (Agent of Change), menjaga kestabilan sosial (Social Control), dan pengganti generasi sebelumnya (Iron Stock) dalam masyarakat. Pemuda juga diharapkan mengembangkan potensinya. Bisa dibayangkan betapa majunya suatu negara jika semua pemudanya menjalankan semua peran dan mengembangkan potensinya. Sayangnya, yang kita lihat sekarang kondisi pemuda di Indonesia jauh dari harapan ideal tersebut.

“Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah bagian darinya “ (HR Hakim dan Thobroni)

Mari sejenak kita merenungi realita Pemuda Islam masa kini. Walaupun banyak prestasi positif yang diraih para pemuda, prestasi negatif pun tak kalah banyaknya. Pemuda sekarang lebih senang hidup dengan cara Hedonisme & Hura-hura, seperti : Gaya Hidup Pesta dan Dugem, Kecanduan Narkoba, Genk Motor dan Club-club lainnya. Belum lagi kasus HIV-AIDS yang terus meningkat, aborsi, pornografi, pornoaksi, prostitusi, dan tawuran. Mereka disibukkan dengan hal-hal ini dan abai terhadap kondisi masyarakat, negara, dan Islam. Padahal seharusnya pemuda adalah generasi yang memikirkan umat. Lalu Apakah yang Tersisa untuk Kebangkitan Islam ?

Sebagian besar Pemuda Islam berada pada keadaan yang sangat memprihatinkan, mereka bagaikan buih, tidak memiliki bobot dan tidak memiliki nilai. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

  • Individualis

Mayoritas ummat Islam saat ini bekerja sendiri-sendiri dan sibuk dengan masalahnya masing-masing tanpa berusaha untuk menggalang persatuan dan membuat suatu bargaining position demi kepentingan ummat. Para ulama dan muballigh sibuk bertabligh, para pengusaha muslim sibuk dengan usahanya dan para pejabatnya sibuk mempertahankan jabatannya, tidak ada koordinasi bekerja sesuai dengan bidangnya kemudian dimusyawarahkan untuk kepentingan bersama. Hal inilah yang menyebabkan jurang pemisah antara masing-masing kelompok semakin besar.

  • Emosional

Ikatan keislaman mayoritas ummat saat ini baru pada ikatan emosional saja, belum disertai dengan kefahaman yang mendalam akan ajaran agamanya. Sehingga disiplin untuk bekerja, semangat untuk berdakwah, gairah berinfak, dsb baru pada taraf emosional, bersifat reaktif dan sesaat saja (QS 22/11).


  • Sembrono 
Dalam aspek aktifitas, maka mayoritas ummat melakukan kegiatan dakwah secara sembrono, tanpa perencanaan dan perhitungan yang matang sebagaimana yang mereka lakukan jika mereka mengelola suatu usaha. Akibat aktifitas yang asal jadi ini, maka dampak dari dakwah tersebut kurang atau tidak terasa bagi ummat. Kegiatan tabligh, ceramah, perayaan hari-hari besar agama yang dilakukan hanya sekedar menyampaikan, tanpa ada follow up dan reevaluasi terhadap hasilnya. Khutbah jum’at hanya sekedar melaksanakan rutinitas tanpa dilakukan pembuatan silabi yang berbobot sehingga jama’ah sebagian besar datang untuk tidur daripada mendengarkan isi khutbah.

  • Parsial

Dalam melaksanakan Islam, mayoritas ummat tidak berusaha untuk mengamalkan keseluruhan kandungan al-Qur’an dan as-Sunnah, melainkan lebih memilih kepada bagian-bagian yang sesuai dengan keinginannya dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya (QS 2/85). Sehingga seorang sudah dipandang sebagai muslim sejati, hanya dengan indikator melakukan shalat atau puasa saja. Padahal shalat hanya bagian yang sangat kecil saja yang menjadi kewajiban seorang muslim, disamping aturan-aturan lain yang juga wajib dilaksanakan oleh seorang muslim dalam berekonomi, politik, pergaulan, pola pikir, cita-cita, bekerja, dsb. Yang kesemuanya tanpa kecuali akan diminta pertanggungjawaban kita di akhirat kelak (QS 2/208).

  • Tambal-sulam.

Dalam menyelesaikan berbagai persoalan ummat, pendekatan yang dilakukan bersifat tambal sulam dan sama sekali tidak menyentuh esensi permasalahan yang sebenarnya. Sebagai contoh, mewabahnya AIDS cara mengatasinya sama sekali bertentangan dengan Islam, yaitu dengan membagi-bagi kondom. Seolah-olah lupa atau sengaja melupakan bahwa pangkal sebab dari AIDS adalah melakukan hubungan seks tidak dengan pasangan yang sah. Dan cara menanggulanginya adalah dengan memperbaiki muatan pendidikan agama yang diajarkan dari sejak sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Demikian pula masalah2 lainnya seperti tawuran pelajar, meningkatnya angka kriminalitas, penyalahgunaan Narkoba, menjamurnya KKN.

  • Masjid hanya diramaikan oleh orang-orang tua dan mereka yang miskin saja
  • Ramadhan hanya menjadi bulan malas-malasan
  • Ramadhan menjadi ajang makan-makan dan begadang
  • Islam sebatas simbol dan digunakan sebagai komoditas belaka


“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”. (Al-Kahfi:13)

Lantas apa sekarang peran pemuda yang harus dilakukan untuk kebangkitan islam? Tugas Pemuda Islam ialah Menjadi Jembatan Penghubung antara Realita dan Idealita. Dengan cara yang bagaimana ya:

Menyadari Peran Pemuda dalam Sejarah Islam & Bangsa
  • Umar bin Abdul Aziz ( Khulafaur Rasyidin ke –Lima, mereformasi pemerintahan dengan cepat (2 tahun) dan begitu melegenda)
  • Muhammad Al Fatih yang dalam usia muda telah mampu memimpin pasukan perang dan berhasil menaklukan kota Konstantinopel.
  • Salahudin Al Ayyubi (menjadi Sultan pada usia 23 tahun) yang dengan keberanian dan keimanannya mampu mengalahkan tentara salib serta merebut tanah Baitul Maqdis.
Bahkan peran pemuda juga mewarnai bangsa Indonesia, seperti yang kita ketahui:
  • Soekarno menjadi Presiden pada Umur 40 tahun
  • Panglima Besar Sudirman mendapat puncak pangkat kemiliteran tertinggi pada usia 29 tahun
  • Mohammad Natsir menjadi Perdana Menteri pada usia 41 tahun

Para pemuda hendaknya menyadari bahwa mereka haruslah menjadi kelompok yang mampu mempresentasikan nilai-nilai Islam secara utuh bagi masyarakat, yaitu:

Mereka menjadi generasi yang hidup qalbunya karena senantiasa dekat dengan al-Qur’an, dan tenang dengan dzikrullah (QS 13/28) [1], "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d [13]: 28)  bukan generasi yang berhati batu (QS 57/16) [2] “… dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadiid [57]: 16) akibat jauh dari nilai-nilai Islam, ataupun generasi mayat (QS 6/122) [3] yang tidak bermanfaat tetapi menebar bau busuk kemana-mana.

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am [6]: 122)

Dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, maka para pemuda harus sabar dan terus berjuang menegakkan Islam, hendaklah mereka berprinsip bahwa jika cintanya kepada Allah SWT benar, semua masalah akan terasa gampang. Dalam perjuangan, jika yang menjadi ukurannya adalah keridhoan manusia maka akan terasa berat, tetapi jika ukurannya keridhoan Allah SWT maka apalah artinya dunia ini (QS 16/96) [4]. “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl [16]: 96)

Membangun Kriteria Pemuda Islam Sebagai Pilar Kebangkitan Umat


Wahai para pemuda Muslim di segala penjuru, kalian harus menjadi contoh yang memberikan pengaruh dalam kehidupan umat dan negeri kalian, kalian harus memiliki peran positif dalam melakukan perubahan terhadap kondisi yang memilukan ini. Menuju realita yang lebih diridhai karena Allah, rasul-Nya dan orang-orang beriman. Jadi sekarang tugas kita sebagai pemuda yakni bangkitlah, bangkit dalam segala bidang. Mulailah mencoba untuk bergerak, jangan hanya diam ditempat. Jadilah seorang pemain jangan hanya menjadi seorang yang selalu menjadi penonton tanpa pernah merasakan perjuangan yang ada.

“Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, dan jika engkau punya tugas, selesaikanlah segera!”. –Hasan Al-Banna-

Wahai pemuda, sebenarnya rona kebangkitan Islam ada padamu. Maka;
1. Pelajari agama Islammu
2. Tegakkan tauhid, berantaslah syirik dan tinggalkan maksiat apaun bentuknya.
3. Tautkan hatimu dengan masjid.
4. Bersiaplah untuk berdakwah di jalan Allah.
5. Selektiflah dalam mengambil teman dekat, namun tidak kurang pergaulan.
6. Pekalah terhadap zamanmu, inderalah zaman di mana engkau berada saat ini.
7. Milikilah fisik dan jiwa yang sehat.
8. Aturlah waktumu sebaik mungkin.

Mari kita renungi apa yang disampaikan Imam Hasan al-Banna: “wahai pemuda perbaruhilah iman, kemudian tentukan sasaran dan tujuan langkah kalian. Sesungguhnya kekuatan pertama adalah iman, buah dari iman adalah kesatuan, dan konsekuensi logis dari kesatuan adalah kemenangan yang gemilang. Oleh karenanya berimanlah kalian, eratkanlah ukhuwah, sadarilah, dan kemudian tunggulah datangnya kemenangan.

Jagalah Allah


عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ: يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ [رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].

Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah.Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi). (dari Syarh Hadits Ke-19 Arbain an Nawawiyyah)

Makna ‘menjaga Allah’ dalam hadits di atas adalah menjaga hak-hak Allah, perintah-perintah, dan larangan-laranganNya.Karena Allah sendiri tidak butuh dengan penjagaan siapapun, bahkan Dialah yang Menjaga seluruh makhluk di alam semesta. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjaga kita di dunia dan di akhirat

Beberapa Contoh Penjagaan Allah dalam Kehidupan Dunia

Barangsiapa yang menjaga Allah, menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan di masa muda, Allah akan menjaga badannya di masa tua. Abu  Thayyib at Thabary yang berusia melewati 100 tahun masih memiliki kekuatan yang luar biasa. Pernah suatu ketika ia melompat dari perahu ke tepi daratan, sehingga orang-orang di sekelilingnya mengkhawatirkan keadaanya yang sudah tua. Tapi beliau mengatakan :Tubuhku ini aku jaga dari kemaksiatan sejak muda, sehingga Allah menjaganya ketika aku sudah tua. (Dalam Jaami’ul Uluum wal Hikaam (1/186)).

Para ulama dikenal kuat menjaga hafalan, pemahaman, dan kefaqihannya di usia yang sudah sangat tua, terhindar dari kepikunan, di saat orang-orang lain seusianya sudah banyak yang lupa bahkan tidak mengenal lagi anak-anak dan orang terdekatnya.

Suwaid bin Ghaflah –salah seorang tabi’i yang pernah mengambil ilmu dari Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali- masih kuat hafalannya dan menjadi imam pada sholat tarawih di bulan Romadhan pada saat usianya sudah 120 tahun (Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’ (4/175).

Harta kedua anak yatim dijaga Allah melalui perbuatan Nabi Khidhr yang menegakkan dinding rumahnya yang miring, sedangkan di bawah dinding tersebut terdapat simpanan harta mereka (Qur’an surat al-Kahfi ayat 82). Nabi Khidhir menyatakan bahwa ayah kedua anak yatim itu adalah orang yang sholeh. Para ulama menjelaskan bahwa inilah bukti bahwa keshalehan dan ketakwaan dari seseorang menjadi sebab Allah akan menjaga dirinya dan keturunannya.

Tentang kasus pagar halaman sebuah rumah itu adalah milik dua anak laki-laki yatim di negeri itu.Di bawah pagar rumah itu ada harta simpanan berharga milik kedua nak itu. Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih. Tuhanmu ingin agar kedua anak itu mencapai umur dewasa, dan keduanya dapat mengeluarkan harta simpanan berharga itu sebagai rahmat dari Tuhanmu.Aku melakukan semua itu bukan karena kemauanku sendiri (QS. Al Kahfi (18) : 82).

Misi Kejayaan Islam


Tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara khusus. Jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi nakhoda ummat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat.

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan orang yang sudah tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari sisi kedewasaan dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad -kebanyakannya- membuat mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh para pemuda.

Oleh karena itulah para sahabat yang masih muda memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah SWT.

Di antara mereka ada Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr ibnul Ash, Muadz bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit yang mereka ini telah mengambil dari Nabi SAW berbagai macam ilmu yang bermanfaat, menghafalkannya, dan menyampaikan-nya kepada ummat sebagai warisan dari Nabi mereka. Di sisi lain ada Khalid bin Walid, Al-Mutsanna bin Haritsah, Asy-Syaibany dan selain mereka yang gigih dalam menyebarkan Islam lewat medan pertempuran jihad di jalan Allah SWT. Seluruhnya mereka adalah satu ummat yang tegak melaksanakan beban kewajiban mereka kepada agama, ummat, dan masyarakat mereka, yang mana pengaruh atau hasil usaha mereka masih kekal sampai hari ini dan akan terus-menerus ada -dengan izin Allah- sepanjang Islam ini masih ada.

Para pemuda di zaman ini adalah para pewaris mereka (para pemuda dari kalangan shahabat) jika mereka mampu untuk memperbaiki diri-diri mereka, mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta melaksanakan semua amanah yang diberikan kepada mereka yang berkaitan dengan ummat ini.


Dan bagi mereka kabar gembira dari Nabi SAW tatkala beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”


*Oleh: Rozal Nawafil
© Infokom PD OPI Aceh

0 komentar:

Posting Komentar

جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Postingan Populer