Indonesia.
Sebuah bangsa dengan penduduk nomor empat terbesar di dunia. Negara yang telah
lebih 70 tahun merdeka. Negara dengan
muslim terbanyak di dunia. Negara yang kaya raya melimpah SDA dan SDM nya. Indonesia
yang besar itu, kini seakan sedang berada dalam ujung tombak. Dengan utang
negara yang membludak, korupsi dan kejahatan yang merajalela serta banyak lagi
masalah yang menggerogoti negara tercinta. Padahal usia reformasi negeri sudah
hampir berumur 20 tahun. Padahal juga sudah hampir lima tahun, Revolusi Mental
digaungkan. Tetapi mengapa tidak nampak perubahannya? Siapakah yang patut disalahkan? Apakah petinggi-petinggi bangsa sudah
optimal kinerjanya? Apakah pemuda belum mengoptimalkan
perannya? Karena faktanya, negeri ini justru semakin pelik dengan berbagai
persoalan yang membelit rakyatnya.
Pemuda hari ini
tengah berhadapan dengan banyak tantangan. Setelah reformasi 1998 yakni
diberlakukannya SKS dalam dunia perkuliahan nyatanya ampuh membuat pemuda
mencukupkan sibuk melawan tugas, paper, presentasi, makalah, maupun praktikum.
Banyak yang tidak terpikirkan lagi jati dirinya sebagai agent of change bagi lingkungan sekitarnya dan terkonidisikan cuek,
apatis, pragmatis bahkan individualis. Siapakah yang patut disalahkan? Apalagi ada kabar dari beberapa petinggi
kampus bahwa pemerintah sedang menggodok pemberlakuan batas kuliah di PTN
maksimal 5 tahun saja. Lagi dan lagi pemuda seakan dipaksa menjadi pragmatis
demi gelar-gelar pendidikan semata.
Individualisme sudah banyak membuat pemuda tidak
sempat memikirkan secara seksama solusi tuntas persoalan bangsa. Sistem
kehidupan di Indonesia sekarang yang menerapkan Kapitalisme dengan asas
Sekularisme (pemisahan agama dengan kehidupan) dan Liberalisasi (prinsip
kebebasan) yang berasal dari Westernisasi
pun telah menjangkiti jiwa-jiwa pemudanya. Seperti
halnya mindset kesuksesan dan
kebahagiaan hidup hanya dapat diukur dengan materi.
Maka implikasi
setelah itu adalah bagaimana cara mendapatkan nilai tinggi untuk mendapat
pekerjaan dengan gaji yang besar dengan berbagai cara agar dapat hidup kaya
raya. Bahayanya, sistem ini jelas menghilangkan jati diri dan potensi
pemuda.Tidak hanya itu sistem ini pun nyatanya berhasil memandulkan dan
menjebak potensi pemuda dengan tujuan duniawi semata.
Agen
Perubah
Begitu pula dengan
yang terjadi pada negeri ini, aturan liberalisasi melahirkan berbagai UU
swastanisasi dan privatisasi SDA maupun pelayanan publik yang tidak memihak
pada rakyat tapi jusru berpihak pada pemilik modal (Kapital). Negara abai
terhadap berbagai tanggungjawab utamanya. Hal tersebut menjadi wajar
diberlakukan sebab sistem ini meyakini negara hanya sebatas sebagai
regulator/fasilitator bukan pengurus keseluruhan. Ini yang tidak boleh dan
mesti diubah.
Harus disadari
oleh pemuda, bahwa Indonesia adalah bagian dari bumi yang diciptakan oleh
Allah. Maka Dia berhak mengatur kehidupan ini dengan sebuah pedoman yakni
dengan syariah Islam bersumber dari wahyu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah
perintahkan manusia untuk wajib masuk ke dalam Islam secara keseluruhan, tidak
setengah-setengah, dan tidak pilih-pilih. Allah perintahkan juga agar penguasa
bertanggungjawab secara keseluruhan terhadap kepengurusan rakyatnya, tidak hanya sebagai
regulator.
Maka sudah
sewajarnya jika negeri ini pun diatur dengan syariahNya dan menjadikan asas
aqidah Islam mindset pemuda dalam merubah sebuah kondisi/lingkungan. Sebab
syariah Islam hadir untuk semua agama, ras, suku, dan bangsa seperti peradaban
yang pernah dicontohkan oleh suri tauladan Rasulullah SAW saat pertama kali
mendirikan negara Madinah. Hukum menegakkannya adalah wajib. Pemuda harus
saling merangkul mewujudkan cita-cita mulia ini sebagai solusi tuntas atas
berbagai persoalan yang menimpa.
Tapi hari ini,
sayangnya pemuda yang kritis mengoreksi kebijakan pemerintah rupanya selalu
dihalang-halangi. Komunitas kepemudaan, organisasi, ormas yang selalu
menyerukan solusi Islam dari Sang Pencipta kehidupan dihambat. Seperti yang
baru saja terjadi dengan disahkannya Perppu Ormas menjadi UU adalah disebabkan
keengganan penguasa menerima solusi mulia ini. Padahal terang-terangan sejarah
menjabarkan betapa sejahteranya sebuah peradaban dimana Islam diterapkan
didalamnya. Hal ini semakin menggambarkan bahwa kepentingan pemilik modal tidak
boleh diusik.
Kita tidak hanya
membutuhkan pemimpin yang amanah tetapi kita juga membutuhkan sistem yang
amanah. Disinilah peran strategis bagi pemuda yakni mengubah kondisi dari asas
yang keliru (sekulerisme) kepada asas yang shahih yakni yang berasal dari wahyu
ilahi dengan mengembalikan peradaban yang dirahmati Allah itu sekali lagi. Yang
demikianlah perubahan hakiki.
Maka berbagai
potensi, semangat, tenaga, waktu yang
dititipkan Allah hanya kepada pemuda mestilah dikembalikan pada pemiliknya.
Mengkaji Islam keseluruhan dan
menyampaikannya ke khalayak adalah jawaban agar masyarakat mau dan dengan
sendirinya meminta kehidupan yang rahmat yakni dengan sistem Islam tentunya.
Pemuda Dalam Islam
Berbicara pemuda, kita berbicara pemimpin masa depan suatu bangsa. Jika konteksnya pemuda
Indonesia, maka kita sedang membicarakan kepemimpinan masa depan bangsa
Indonesia. Itulah yang dikatakan al-Imam asy-syahid Hasan al-Bana: “Syabab al yaum rijalul ghad “ “Pemuda hari ini, adalah
pemimpin masa depan.”
Hasan al-Bana
menggambarkan sosok pemuda, “Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu berhasil
diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang
dijalan-Nya, semakin bersemangat merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal
dan berkorban dalam mewujudkannya.
Dan keempat
rukun ini, yakni iman, ikhlash, semangat dan amal merupakan karakter yang
melekat pada diri pemuda! Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani
yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah
perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua
tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda”
Peran pemuda
yang strategis dan penting ini sampai di gambarkan oleh sahabat Rasulullah SAW
yaitu Umar bin Khattab RA, dalam keterangan Hadist dijelaskan bahwa Umar pernah
mengatakan: “Jika
aku sedang mengalami kesulitan, maka yang aku cari adalah pemuda.”
Karena melalui
pemuda lah bangsa ini mampu lahir, bangkit, berdiri dan berjalan menjadi bangsa
yang berdaulat dengan berbagai dinamikanya. Sejarah pun telah menorehkan
tintanya, bahwa dalam setiap momen penting bangsa ini, senantiasa melibatkan
pemuda sebagai lokomotif penggeraknya, aktor intelekualnya dan rahasia
kekuatanya. Dalam setiap kebangkitan pemuda merupakan rahasia kekuatannya.
Dalam setiap pemikiran, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
Dengan ini pula,
Rhoma Irama pernah berkata, bahwa “masa muda adalah masa yang ber-api-api”.
Karena memang semangat dan idealisme seorang pemuda telah membakar motivasi
dirinya untuk senantiasa berkontribusi untuk agama, bangsa dan negara ini lebih
baik lagi. Belum lagi ketika kita mengingat perkataan Tan malaka tentang
pemuda. Beliau mengatakan bahwa “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang
dimiliki oleh pemuda”.
Mengelola masa muda agar berkarakter kuat dalam
keagamaan, merupakan suatu perjuangan yang tidak mudah dan sederhana. Sebab
pertentangan yang paling berat dan sulit serta menantang dalam fase kehidupan
kita adalah menundukkan masa muda untuk tumbuh dalam beribadah kepada Allah (syaabun nasya-a fi ‘ibadatillah).
Itulah sebabnya
Rasulullah menyebutkan di antara tujuh golongan yang memperolah naungan pada
saat tiada naungan kecuali naungan dari-Nya pada hari kiamat adalah pemuda yang
tumbuh dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.
Ada ungkapan dalam
sastra Arab yang melukiskan sebuah penyesalan di masa beruban. “Aduhai alangkah
indahnya jika masa muda kembali lagi hari ini, akau akan menceritkan kepahitan
pada masa beruban.”
Mencermati
dinamika kehidupan yang fluktuatif dan terus berubah, para pemuda Muslim
dituntut memiliki modal kuat khususnya dari ajaran Islam, agar kelak di masa
tua tak menyesal.
Setidaknya ada
beberapa kemampuan yang perlu dimiliki para pemuda Muslim hari ini; mencakup
daya pikir (ijtihad), daya kalbu (mujahadah), dan daya raga (jihad) dalam arti
yang seluas-luasnya.Termasuk jihad peradaban (kehidupan) di mana memilih hidup
dalam kemuliaan Islam dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Perhatian
Islam Kepada Pemuda
Agama kita Islam
yang mulia ini mempunyai perhatian yang sangat besar mengenai pertumbuhan dan
perkembangan para pemuda, karena merekalah yang akan menjadi tokoh di masa yang
akan datang, yang akan menggantikan dan mewarisi tugas-tugas mulia kepada ummat
ini.
Berikut beberapa
tuntunan Islam yang berkaitan dengan pemuda;
- Pertama, Islam menuntunkan
setiap lelaki untuk memilih istri yang sholihah yang akan lahir darinya
anak-anak yang sholeh yang selanjutnya tumbuh menjadi para pemuda yang
berakhlak islami.
- Kedua,
memberikan nama yang baik kepada anak, karena nama yang baik itu juga memiliki
makna dan pengaruh yang baik pada akhlak sang anak, karena dia merupakan
lambang dari doa atau harapan orang tua kepada Allah tentang anaknya.
- Ketiga,
melaksanakan nasikah/aqiqah untuk anak, karena hukumnya adalah sunnah
mu`akkadah dan memiliki pengaruh yang baik kepada anak.
Ketiga perkara
di atas adalah tuntunan Islam kepada para pemuda di awal pertumbuhannya.
- Keempat, menaruh
perhatian yang besar dalam mendidik anak ketika dia sudah memasuki usia
mumayyiz dan sudah mempunyai daya tangkap (paham). Mengajarkan kepada anak-anak
dan para pemuda semua perkara keagamaan dari yang paling besar sampai pada
perkara yang paling kecil.
- Kelima, Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan setiap anak ketika kedua orang tuanya atau
salah satunya sudah berusia lanjut agar dia berbuat baik kepada keduanya atau
kepada yang masih hidup di antara keduanya, dan agar sang anak mengingat
pendidikan kedua orang tuanya kepadanya ketika dia masih kecil. Inilah yang
merupakan kebaikan besar yang akan terus-menerus dikenang oleh sang anak ketika
dia merasakan kebaikan dari kedua orang tuanya. Sehingga dia bisa berkata
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.”
Al-Qur’an
Menceritakan Pemuda
Islam adalah
agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda, dalam Al-Qur’an
banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang pemuda. diantaranya surah al-Kahfi
ayat 13 Allah Swt sangat mengistimewakan pemuda dengan bab khusus, yang artinya
yaitu:
“Kami kisahkan
kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk
mereka petunjuk.”
Buya HAMKA (1984, hal. 171) dalam Tafsir Al-Azhar
maksud ayat Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan.
Mereka disini dijelaskan penghuni gua dalam kisah ashabul kahfi adalah
anak-anak muda, tidak ada bercampur dengan orang tua.
Firman Allah Swt
di atas juga mengisyaratkan bahwa pemuda al kahfi adalah termasuk para pemuda
pemberani untuk mempertahankan keimanan mereka, pemikiran mereka dan
kepribadian mereka. Mereka adalah orang-orang yang teguh imannya, sehingga
mereka berani melanggar aturan pemerintah yang melarang mereka meyakini agama
tauhid. Jadi keberanian menjadi modal penting bagi seorang pemuda.
Ayat-Ayat Al-Qur’an yang menceritakan pemuda:
Q.S Al Kahfi :
18 : Kisah ashaabul kahfi
Yaitu Kelompok
pemuda yang beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan mayoritas kaumnya yang
menyimpang dari agama Allah SWT, Allah SWT menyelamatkan para pemuda tersebut
dan menidurkan mereka selama 309 tahun hingga berakhirnya rezim kafir menjadi
rezim beriman.
Q.S : Al
Buruj : Kisah pemuda ashaabul ukhdud
Menceritakan
kisah pemuda yang tegar dalam keimanannya kepada Allah SWT sehingga menyebabkan
banyak masyarakatnya yang beriman dan membuat murka penguasa sehingga ratusan
orang dibinasakan dengan diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak.
Mayoritas dari assabiquunal awwaluun (orang-orang yang
pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW) adalah para pemuda (Abubakar ra masuk
Islam pada usia 32 tahun, Umar ra 35 th, Ali ra 9 th, Utsman ra 30 th,
dst).
Sifat-sifat para pemuda yang
mendapatkan derajat tinggi sehingga kisahnya diabadikan dalam al-Qur’an dan
dibaca oleh jutaan manusia dari masa ke masa, adalah sebagai berikut:
- Mereka selalu
menyeru pada al-haq (QS 7/181)
- Mereka mencintai
Allah SWT, maka Allah SWT mencintai mereka (QS 5/54)
- Mereka saling
melindungi, menegakkan shalat (QS 9/71) tidak sebagaimana para pemuda yang
menjadi musuh Allah SWT (QS 9/67)
- Mereka adalah para
pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT (QS 13/20)
- Mereka tidak
ragu berkorban diri dan harta mereka untuk kepentingan Islam (QS 49/15)
Maka kalau hal
ini diperbandingkan kepada perjuangan Nabi SAW, di Makkah itu kelihatan suatu
pengalaman yang patut jadi pedoman. Yaitu yang telah dibawa Rasulullah Saw pun
anak-anak muda, sedang orang tua telah tegak menjadi penghalang dan perintang,
karena mereka telah tenggelam dengan kebatilan selama ini. kalau kita
perhatikan seksama tafsir buya hamka di atas, kita akan menyaksikan bahwa anak
muda menjadi prioritas utama Rasulullah Saw dalam berdakwah dan menyebarkan
Islam.
Islam memandang
posisi pemuda di masyarakat bukan menjadi kelompok pengekor yang sekedar
berfoya-foya, membuang-buang waktu dengan aktifitas-aktivitas yang bersifat
hura-hura dan tidak ada manfaatnya. Melainkan Islam menaruh harapan yang besar
kepada para pemuda untuk menjadi pelopor dan motor penggerak dakwah Islam.
Pemuda adalah kelompok masyarakat yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan
dengan kelompok masyarakat lainnya, diantaranya adalah bahwa mereka relatif
masih bersih dari pencemaran (baik aqidah maupun pemikiran), mereka memiliki
semangat yang kuat dan kemampuan mobilitas yang tinggi.
Pemuda Islam Zaman Salafushshalih
- Usamah bin Zaid
18 tahun. Memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti
Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu.
- Sa’ad bin Abi Waqqash 17 tahun. Yang pertama kali
melontarkan anak panah di jalan Allah. Termasuk dari enam orang ahlussyura.
- Al Arqam bin
Abil Arqam 16 tahun. Menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul SAW selama 13 tahun
berturut-turut.
- Zubair bin Awwam
15 tahun. Yang pertama kali menghunuskan pedang di jalan Allah. Diakui oleh
Rasul SAW
sebagai hawari-nya.
- Zaid bin Tsabit
13 tahun. Penulis wahyu. Dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani sehingga
menjadi penterjemah Rasul SAW. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an.
- Atab bin Usaid.
Diangkat oleh Rasul SAW sebagai gubernur Makkah pada umur 18 tahun.
- Mu’adz bin Amr bin Jamuh 13
tahun dan Muawwidz bin Afra 14 tahun. Membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, pada
perang Badar.
- Thalhah bin
Ubaidillah 16 tahun. Salah satu orang Arab yang paling mulia. Berbaiat untuk
mati demi Rasul SAW pada perang Uhud dan menjadikan dirinya sebagai tameng bagi Nabi.
- Muhammad Al
Fatih 22 tahun. Menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium pada saat para
jenderal agung merasa putus asa.
- Abdurrahman An-Nashir 21 tahun. Pada masanya Andalusia mencapai puncak keemasannya. Dia mampu
menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya.
- Muhammad Al
Qasim 17 tahun. Menaklukkan India sebagai seorang jenderal agung pada masanya.
Subhanallah,
nukilan kisah di atas bukanlah dongeng atau cerita fiktif. Mereka adalah
manusia biasa yang nyata seperti kita, yang telah mengukir prestasi gemilang di
masa mudanya. Merekalah adalah pemuda Islam yang mampu mengharumkan agama Allah
dalam keremajaannya.
Sungguh karya
yang luar biasa! Lalu, jika mereka pada usia seperti itu saja telah berhasil
mempersembahkan karya yang luar biasa, bahkan ada yang mempersembahkan nyawanya
untuk membela Islam sehingga memperoleh syahid di jalan- Nya,, maka apa yang
telah kita persembahkan?
Memang menjadi
salah satu tugas kita juga untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa pemuda
muslim yang diharapkan agama, bangsa dan negara adalah pemuda yang benar-benar
ta’at pada
Allah, yang Islamnya kaaffah (menyeluruh), tidak setengah-setengah. Karena bisa
jadi, pandangan masyarakat (yang diawal telah disebutkan) terhadap para pemuda
disebabkan tak munculnya sosok yang menjadi bukti bahwa pemuda muslim yang
kaaffah-lah yang sebenarnya umat butuhkan.
Setiap tahun,
masyarakat kita memperingati hari Sumpah Pemuda di negara ini. Sayang,
peringatan itu hanya sebatas kegiatan seremonial semata, tetapi miskin
subtansi. Dengan adanya karakteristik sosok pemuda ideal yang dicontohkan dalam
al-Qur’an dan
al-Hadits diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda Indonesia
dahulu, masa kini dan masa depan. Sadarilah, bahwa Islam menunggu peran para
pemuda. Islam menunggu kita, kawan!
Potret
Pemuda Islam Terkini
Di zaman
sekarang, pola hidup pemuda muslim sudah sangat memperihatinkan. Berapa banyak
pemuda muslim yang mengunjungi masjid guna menunaikan sholat fardhu dan
kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya? Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji
dan menghafalkan kitabullah? Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji ilmu
agama? Mereka lebih senang menghabiskan waktu luang mereka dengan bermain game dan pacaran.
Kalau kita tanya
tentang agama banyak remaja yang mengaku Islam, tapi tidak tahu mengenai, Sirah
Nabinya, Sahabatnya, padahal saat sekolah sudah di ajarkan dalam
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Bahkan banyak
remaja sekarang tiap pergatian tahun baru selalu mereka merayakan, bersukaria,
meniup trompet, malah ada yang berkumpul-kumpul lomba balapan liar yang
mengganggu ketentraman masyarakat. Tahun baru yang nyata-nyata merayakan itu
bukanlah tahun Islam baik dari historis maupun dari pandangan umum, tapi coba
lihat waktu tanggal 1 Muharram tahun Hijriyah apakah ada yang peduli terhadap
tahun yang memiliki sejarah bagi orang yang beriman yang sangat berarti
sekaligus sebuah sejarah perjuangan Nabi yang bukan hanya untuk diperingati
namun juga sebagai sebuah ibrah yang harus kita amalkan pada setiap individu
masing-masing maupun seluruhnya.
Coba tanya pada
pemuda-pemuda yang mengaku Islam yang mondar mandir di jalanan, coba suruh
menyebutkan 12 bulan dalam tahun Masehi, lalu coba suruh menyebutkan 12 bulan
pula pada tahun Hijriyah! Allahu Akbar, bagaimana tidak? Tahun Masehi (Nasrani)
mereka hafal, namun tahun Hijriyah tahun agamanya sendiri tidak tahu. Jika
bulan Hijriyah saja tidak hafal, lalu bagaimana sejarahnya?
Bagaimana
pendapat anda mengenai ini? Lalu apakah pemuda kita masih ada yang tidak tahu
bulannya sendiri? Budaya di luar Islam banyak merebak hingga mereka buta
terhadap agamanya sendiri.
Di setiap
kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar
panji-panjinya.” -Hasan Al-Banna-
Ada yang ingat
saat kemarin tanggal 20 Mei diperingati sebagai hari apa? pastilah pembaca
semua sudah mengetahui 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Wah Kebangkitan Nasional yaa tapi kamu masih belum bisa bangkit tuh dari tempat
tidur alias mager.
Teringat disaat
awal-awal masa perkuliahan sepertinya kita sudah sering dijelaskan tentang
peran mahasiswa. Dalam materi tersebut, biasanya kita diingatkan bahwa idealnya
seorang pemuda berperan sebagai agen perubahan (Agent of Change), menjaga
kestabilan sosial (Social Control), dan pengganti generasi sebelumnya (Iron
Stock) dalam masyarakat. Pemuda juga diharapkan mengembangkan potensinya. Bisa
dibayangkan betapa majunya suatu negara jika semua pemudanya menjalankan semua
peran dan mengembangkan potensinya. Sayangnya, yang kita lihat sekarang kondisi
pemuda di Indonesia jauh dari harapan ideal tersebut.
“Barang siapa
yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah bagian darinya
“ (HR Hakim dan Thobroni)
Mari sejenak
kita merenungi realita Pemuda Islam masa kini. Walaupun banyak prestasi positif
yang diraih para pemuda, prestasi negatif pun tak kalah banyaknya. Pemuda
sekarang lebih senang hidup dengan cara Hedonisme & Hura-hura, seperti :
Gaya Hidup Pesta dan Dugem, Kecanduan Narkoba, Genk Motor dan Club-club
lainnya. Belum lagi kasus HIV-AIDS yang terus meningkat, aborsi, pornografi,
pornoaksi, prostitusi, dan tawuran. Mereka disibukkan dengan hal-hal ini dan
abai terhadap kondisi masyarakat, negara, dan Islam. Padahal seharusnya pemuda
adalah generasi yang memikirkan umat. Lalu Apakah yang Tersisa untuk Kebangkitan Islam ?
Sebagian besar
Pemuda Islam berada pada keadaan yang sangat memprihatinkan, mereka bagaikan
buih, tidak memiliki bobot dan tidak memiliki nilai. Hal ini disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
Mayoritas ummat
Islam saat ini bekerja sendiri-sendiri dan sibuk dengan masalahnya
masing-masing tanpa berusaha untuk menggalang persatuan dan membuat suatu
bargaining position demi kepentingan ummat. Para ulama dan muballigh sibuk
bertabligh, para pengusaha muslim sibuk dengan usahanya dan para pejabatnya
sibuk mempertahankan jabatannya, tidak ada koordinasi bekerja sesuai dengan
bidangnya kemudian dimusyawarahkan untuk kepentingan bersama. Hal inilah yang
menyebabkan jurang pemisah antara masing-masing kelompok semakin besar.
Ikatan keislaman
mayoritas ummat saat ini baru pada ikatan emosional saja, belum disertai dengan
kefahaman yang mendalam akan ajaran agamanya. Sehingga disiplin untuk bekerja,
semangat untuk berdakwah, gairah berinfak, dsb baru pada taraf emosional,
bersifat reaktif dan sesaat saja (QS 22/11).
Dalam
aspek aktifitas, maka mayoritas ummat melakukan kegiatan dakwah secara sembrono,
tanpa perencanaan dan perhitungan yang matang sebagaimana yang mereka lakukan
jika mereka mengelola suatu usaha. Akibat aktifitas yang asal jadi ini, maka
dampak dari dakwah tersebut kurang atau tidak terasa bagi ummat. Kegiatan
tabligh, ceramah, perayaan hari-hari besar agama yang dilakukan hanya sekedar
menyampaikan, tanpa ada follow up dan reevaluasi terhadap hasilnya. Khutbah
jum’at hanya sekedar melaksanakan rutinitas tanpa dilakukan pembuatan silabi
yang berbobot sehingga jama’ah sebagian besar datang untuk tidur daripada
mendengarkan isi khutbah.
Dalam
melaksanakan Islam, mayoritas ummat tidak berusaha untuk mengamalkan
keseluruhan kandungan al-Qur’an dan as-Sunnah, melainkan lebih memilih kepada
bagian-bagian yang sesuai dengan keinginannya dan menghindari hal-hal yang
tidak sesuai dengan hawa nafsunya (QS 2/85). Sehingga seorang sudah dipandang
sebagai muslim sejati, hanya dengan indikator melakukan shalat atau puasa saja.
Padahal shalat hanya bagian yang sangat kecil saja yang menjadi kewajiban
seorang muslim, disamping aturan-aturan lain yang juga wajib dilaksanakan oleh
seorang muslim dalam berekonomi, politik, pergaulan, pola pikir, cita-cita,
bekerja, dsb. Yang kesemuanya tanpa kecuali akan diminta pertanggungjawaban
kita di akhirat kelak (QS 2/208).
Dalam
menyelesaikan berbagai persoalan ummat, pendekatan yang dilakukan bersifat
tambal sulam dan sama sekali tidak menyentuh esensi permasalahan yang
sebenarnya. Sebagai contoh, mewabahnya AIDS cara mengatasinya sama sekali
bertentangan dengan Islam, yaitu dengan membagi-bagi kondom. Seolah-olah lupa
atau sengaja melupakan bahwa pangkal sebab dari AIDS adalah melakukan hubungan
seks tidak dengan pasangan yang sah. Dan cara menanggulanginya adalah dengan
memperbaiki muatan pendidikan agama yang diajarkan dari sejak sekolah menengah
sampai perguruan tinggi. Demikian pula masalah2 lainnya seperti tawuran
pelajar, meningkatnya angka kriminalitas, penyalahgunaan Narkoba, menjamurnya
KKN.
- Masjid hanya
diramaikan oleh orang-orang tua dan mereka yang miskin saja
- Ramadhan hanya
menjadi bulan malas-malasan
- Ramadhan menjadi
ajang makan-makan dan begadang
- Islam sebatas
simbol dan digunakan sebagai komoditas belaka
“Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah
pula untuk mereka petunjuk”. (Al-Kahfi:13)
Lantas apa
sekarang peran pemuda yang harus dilakukan untuk kebangkitan islam? Tugas
Pemuda Islam ialah Menjadi Jembatan Penghubung antara Realita dan Idealita.
Dengan cara yang bagaimana ya:
Menyadari Peran
Pemuda dalam Sejarah Islam & Bangsa
- Umar bin Abdul
Aziz ( Khulafaur Rasyidin ke –Lima, mereformasi pemerintahan dengan cepat (2
tahun) dan begitu melegenda)
- Muhammad Al
Fatih yang dalam usia muda telah mampu memimpin pasukan perang dan berhasil
menaklukan kota Konstantinopel.
- Salahudin Al
Ayyubi (menjadi Sultan pada usia 23 tahun) yang dengan keberanian dan
keimanannya mampu mengalahkan tentara salib serta merebut tanah Baitul Maqdis.
Bahkan peran
pemuda juga mewarnai bangsa Indonesia, seperti yang kita ketahui:
- Soekarno menjadi
Presiden pada Umur 40 tahun
- Panglima Besar
Sudirman mendapat puncak pangkat kemiliteran tertinggi pada usia 29 tahun
- Mohammad Natsir menjadi
Perdana Menteri pada usia 41 tahun
Para pemuda
hendaknya menyadari bahwa mereka haruslah menjadi kelompok yang mampu
mempresentasikan nilai-nilai Islam secara utuh bagi masyarakat, yaitu:
Mereka menjadi
generasi yang hidup qalbunya karena senantiasa dekat dengan al-Qur’an, dan
tenang dengan dzikrullah (QS 13/28) [1], "(yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d [13]: 28) bukan generasi yang berhati batu (QS 57/16)
[2] “… dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadiid
[57]: 16) akibat jauh dari nilai-nilai Islam, ataupun generasi mayat (QS 6/122) [3] yang tidak bermanfaat tetapi menebar bau busuk kemana-mana.
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian
dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan
cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan
orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat
keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang
baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am [6]: 122)
Dalam menghadapi
kesulitan dan tantangan, maka para pemuda harus sabar dan terus berjuang
menegakkan Islam, hendaklah mereka berprinsip bahwa jika cintanya kepada Allah
SWT benar, semua masalah akan terasa gampang. Dalam
perjuangan, jika yang menjadi ukurannya adalah keridhoan manusia maka akan
terasa berat, tetapi jika ukurannya keridhoan Allah SWT maka apalah artinya
dunia ini (QS 16/96) [4]. “Apa yang di
sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl [16]:
96)
Membangun
Kriteria Pemuda Islam Sebagai Pilar Kebangkitan Umat
Wahai para
pemuda Muslim di segala penjuru, kalian harus menjadi contoh yang memberikan
pengaruh dalam kehidupan umat dan negeri kalian, kalian harus memiliki peran
positif dalam melakukan perubahan terhadap kondisi yang memilukan ini. Menuju
realita yang lebih diridhai karena Allah, rasul-Nya dan orang-orang beriman.
Jadi sekarang tugas kita sebagai pemuda yakni bangkitlah, bangkit dalam segala
bidang. Mulailah mencoba untuk bergerak, jangan hanya diam ditempat. Jadilah
seorang pemain jangan hanya menjadi seorang yang selalu menjadi penonton tanpa
pernah merasakan perjuangan yang ada.
“Ketahuilah
bahwa kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang terluang, maka bantulah
saudaramu untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, dan jika engkau punya
tugas, selesaikanlah segera!”. –Hasan Al-Banna-
Wahai pemuda,
sebenarnya rona kebangkitan Islam ada padamu. Maka;
1. Pelajari
agama Islammu
2. Tegakkan
tauhid, berantaslah syirik dan tinggalkan maksiat apaun bentuknya.
3. Tautkan
hatimu dengan masjid.
4. Bersiaplah
untuk berdakwah di jalan Allah.
5. Selektiflah
dalam mengambil teman dekat, namun tidak kurang pergaulan.
6. Pekalah
terhadap zamanmu, inderalah zaman di mana engkau berada saat ini.
7. Milikilah
fisik dan jiwa yang sehat.
8. Aturlah
waktumu sebaik mungkin.
Mari kita renungi apa yang disampaikan Imam Hasan al-Banna:
“wahai pemuda perbaruhilah iman, kemudian tentukan sasaran dan tujuan langkah
kalian. Sesungguhnya kekuatan pertama adalah iman, buah dari iman adalah
kesatuan, dan konsekuensi logis dari kesatuan adalah kemenangan yang gemilang.
Oleh karenanya berimanlah kalian, eratkanlah ukhuwah, sadarilah, dan kemudian
tunggulah datangnya kemenangan.
Jagalah
Allah
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ: يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ
كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ
فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ
لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ
قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ
يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ
وَجَفَّتِ الصُّحُفُ [رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ
اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ،
وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ
لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ
وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].
Dari Abu Al
‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Pada suatu hari
saya pernah berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda: “Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat:
Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan
mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah.Jika kamu
minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua
umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak
akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu.
Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu,
niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan
untuk dirimu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
(HR. Tirmidzi). (dari Syarh Hadits Ke-19 Arbain an Nawawiyyah)
Makna ‘menjaga
Allah’ dalam hadits di atas adalah menjaga hak-hak Allah, perintah-perintah,
dan larangan-laranganNya.Karena Allah sendiri tidak butuh dengan penjagaan siapapun,
bahkan Dialah yang Menjaga seluruh makhluk di alam semesta. Jagalah Allah,
niscaya Allah akan menjaga kita di dunia dan di akhirat
Beberapa
Contoh Penjagaan Allah dalam Kehidupan Dunia
Barangsiapa yang
menjaga Allah, menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan di masa muda, Allah akan
menjaga badannya di masa tua. Abu Thayyib
at Thabary yang berusia melewati 100 tahun masih memiliki kekuatan yang luar
biasa. Pernah suatu ketika ia melompat dari perahu ke tepi daratan, sehingga
orang-orang di sekelilingnya mengkhawatirkan keadaanya yang sudah tua. Tapi
beliau mengatakan :Tubuhku ini aku jaga dari kemaksiatan sejak muda, sehingga
Allah menjaganya ketika aku sudah tua. (Dalam Jaami’ul Uluum wal Hikaam
(1/186)).
Para ulama
dikenal kuat menjaga hafalan, pemahaman, dan kefaqihannya di usia yang sudah
sangat tua, terhindar dari kepikunan, di saat orang-orang lain seusianya sudah
banyak yang lupa bahkan tidak mengenal lagi anak-anak dan orang terdekatnya.
Suwaid bin Ghaflah
–salah seorang tabi’i yang pernah mengambil ilmu dari Abu Bakr, Umar, Utsman,
dan Ali- masih kuat hafalannya dan menjadi imam pada sholat tarawih di bulan
Romadhan pada saat usianya sudah 120 tahun (Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul
Awliyaa’ (4/175).
Harta kedua anak
yatim dijaga Allah melalui perbuatan Nabi Khidhr yang menegakkan dinding
rumahnya yang miring, sedangkan di bawah dinding tersebut terdapat simpanan
harta mereka (Qur’an surat al-Kahfi ayat 82). Nabi Khidhir menyatakan bahwa
ayah kedua anak yatim itu adalah orang yang sholeh. Para ulama menjelaskan
bahwa inilah bukti bahwa keshalehan dan ketakwaan dari seseorang menjadi sebab
Allah akan menjaga dirinya dan keturunannya.
Tentang kasus
pagar halaman sebuah rumah itu adalah milik dua anak laki-laki yatim di negeri
itu.Di bawah pagar rumah itu ada harta simpanan berharga milik kedua nak itu.
Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih. Tuhanmu ingin agar kedua anak
itu mencapai umur dewasa, dan keduanya dapat mengeluarkan harta simpanan berharga
itu sebagai rahmat dari Tuhanmu.Aku melakukan semua itu bukan karena kemauanku
sendiri (QS. Al Kahfi (18) : 82).
Misi
Kejayaan Islam
Tidak diragukan
lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan
kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara khusus. Jika
mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka
merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi
nakhoda ummat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan
akhirat.
Allah -Subhanahu
wa Ta’ala- telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan
pemikiran untuk dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan
orang yang sudah tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari
sisi kedewasaan dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad
-kebanyakannya- membuat mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa
dikerjakan oleh para pemuda.
Oleh karena
itulah para sahabat yang masih muda memiliki andil dan peran yang sangat besar
dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad
di jalan Allah SWT.
Di antara mereka
ada Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr ibnul Ash, Muadz
bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit yang mereka ini telah mengambil dari Nabi
SAW berbagai macam ilmu yang bermanfaat,
menghafalkannya, dan menyampaikan-nya kepada ummat sebagai warisan dari Nabi
mereka. Di sisi lain ada Khalid bin Walid, Al-Mutsanna bin Haritsah,
Asy-Syaibany dan selain mereka yang gigih dalam menyebarkan Islam lewat medan
pertempuran jihad di jalan Allah SWT. Seluruhnya mereka adalah
satu ummat yang tegak melaksanakan beban kewajiban mereka kepada agama, ummat,
dan masyarakat mereka, yang mana pengaruh atau hasil usaha mereka masih kekal
sampai hari ini dan akan terus-menerus ada -dengan izin Allah- sepanjang Islam
ini masih ada.
Para pemuda di
zaman ini adalah para pewaris mereka (para pemuda dari kalangan shahabat) jika
mereka mampu untuk memperbaiki diri-diri mereka, mengetahui hak dan kewajiban
mereka, serta melaksanakan semua amanah yang diberikan kepada mereka yang
berkaitan dengan ummat ini.
Dan bagi mereka
kabar gembira dari Nabi SAW tatkala beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh
golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali
naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh
dalam penyembahan kepada Rabbnya.”
*Oleh:
Rozal Nawafil
© Infokom PD OPI Aceh